TOPRIAU|Setelah pekan lalu mengalami tekanan bertubi-tubi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memasuki pekan baru dengan sentimen global yang masih panas.
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), IHSG ditutup melemah cukup dalam, turun 61,50 poin atau 0,88% ke level 6.907.
Transaksi di pasar saham cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp22,59 triliun, sementara volume perdagangan mencapai 35,46 miliar saham.
Sayangnya, meski volume besar, tekanan jual masih dominan. Sepanjang pekan lalu, IHSG tercatat melemah dalam empat dari lima hari perdagangan, dengan total koreksi mencapai 3,61%.
Statistik Pasar IHSG yang Kurang Cerah
Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi tumbang nyaris 2% dan ditutup di level 6.968,64, anjlok 139 poin atau turun 1,96%.
Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa pada periode 16–20 Juni 2025:
- Kapitalisasi pasar menyusut 3,17% ke Rp12.099 triliun
- Rata-rata volume transaksi harian turun 13% ke 24,41 miliar lembar
- Nilai transaksi harian merosot 7,63% ke Rp15,01 triliun
- Frekuensi transaksi harian ikut turun 8,15% ke 1,31 juta kali
Tak hanya itu, investor asing juga mencatatkan net sell jumbo sebesar Rp2,73 triliun di hari Jumat, dan jika ditotal sepanjang tahun ini, mereka sudah menarik dana sekitar Rp53,10 triliun dari pasar modal Indonesia.
Sentimen Global: Geopolitik dan The Fed Masih Jadi Momok
Menurut Oktavianus Audi, Head of Customer Literation and Education di Kiwoom Sekuritas Indonesia, tekanan di pasar saham masih didominasi oleh isu geopolitik.
Serangan militer Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan jadi pemicu utama.
Dunia kini menanti respons dari sekutu Iran seperti China dan Rusia. Yang lebih menegangkan, potensi penutupan Selat Hormuz—jalur penting distribusi 20-30% minyak dunia—bisa jadi game-changer.
Jika itu terjadi, harga minyak mentah bisa melonjak hingga 30%, dan bisa menimbulkan efek domino ke inflasi global.
Sementara itu, pelaku pasar juga tengah menunggu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell untuk melihat arah kebijakan suku bunga ke depan.
Proyeksi IHSG Sepekan ke Depan
Ilustrasi – Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/am.
BACA JUGA: Prediksi IHSG Hari Ini, Jumat 20 Juni 2025: Rebound Tipis atau Koreksi Lanjut? Ini Strateginya!
Oktavianus memproyeksikan IHSG akan bergerak melemah terbatas dalam kisaran support 6.800 dan resistance 7.000.
Senada, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi indeks bergerak konsolidatif, dengan area support di 6.908 dan resistance di 7.065.
Sentimen geopolitik masih akan menjadi faktor penentu arah gerak indeks dalam waktu dekat.
Saham Rekomendasi Minggu Ini
Meski IHSG cenderung lesu, ada beberapa saham yang justru berpeluang cetak cuan! Berikut rekomendasi dari dua analis terkemuka:
Rekomendasi dari Oktavianus Audi:
- MEDC (Medco Energi Internasional)
Harga penutupan: 1.430
Target pekan ini: 1.590
Potensi: Sektor energi akan diuntungkan lonjakan harga minyak - AMMN (Amman Mineral Internasional)
Harga penutupan: 7.625
Target pekan ini: 8.400
Potensi: Komoditas tambang emas & tembaga berpeluang naik tajam
Rekomendasi dari Herditya Wicaksana:
- SMDR (Samudera Indonesia)
Harga penutupan: 344
Target pekan ini: 376
Sektor transportasi dan logistik bisa jadi primadona di tengah konflik - RATU (Raharja Energi Cepu)
Harga penutupan: 7.325
Target pekan ini: 8.425
Emiten energi dengan prospek jangka pendek positif - JPFA (Japfa Comfeed Indonesia)
Harga penutupan: 1.500
Target pekan ini: 1.635
Sektor konsumer defensif tetap menarik di tengah ketidakpastian
Strategi Tetap Waspada, Tapi Jangan Takut Cuan
IHSG kemungkinan masih akan dibayangi tekanan dari luar negeri, namun peluang tetap terbuka bagi saham-saham yang punya sentimen sektoral kuat, terutama dari sektor energi, logistik, dan barang baku.
Trader disarankan tetap mengedepankan strategi buy on weakness dan perhatikan momentum teknikal untuk masuk pasar.
Jangan lupakan manajemen risiko! Di tengah pasar yang fluktuatif, posisi ideal adalah tetap fleksibel dan siap merespons perubahan cepat di pasar global.***
