TOPRIAU|Waduh, bursa saham Indonesia lagi-lagi dihantam badai! Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi tumbang nyaris 2% dan ditutup di level 6.968,64, anjlok 139 poin atau turun 1,96%.
Ini adalah penurunan harian paling tajam dalam beberapa pekan terakhir.
Setelah sempat bertahan di atas 7.000, IHSG akhirnya nyerah juga. Penurunan ini jadi sinyal kuat bahwa pasar sedang dalam fase koreksi serius.
Yuk, kita bahas bareng-bareng kenapa pasar bisa sesuram ini dan apa artinya buat kamu, investor ritel!
IHSG Jatuh Lagi, Padahal Baru Sembuh!

Ilustrasi – Pekerja melintas di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz/am.
Padahal hari Selasa (17/6), IHSG sempat menguat. Tapi sejak Rabu mulai goyah, dan hari Kamis ini makin parah.
Angka 7.000 yang sebelumnya jadi batas psikologis penting, kini ditembus ke bawah. Totalnya, IHSG sudah terkoreksi hampir 2,6% hanya dalam dua hari.
Hari ini, 571 saham melemah, cuma 92 saham yang naik, dan sisanya 139 stagnan. Nilai transaksi pun tetap ramai, nyaris Rp 14 triliun dengan lebih dari 24,9 miliar saham berpindah tangan.
Tapi sayangnya, mayoritas transaksi itu berisi aksi jual. Kapitalisasi pasar pun ikut menyusut ke Rp 12.223 triliun.
Saham Blue Chip Jadi Biang Kerok Turunnya IHSG
Kalau kamu pegang saham-saham bank gede, pasti lagi merasakan “sakitnya tuh di sini.” Saham-saham seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI kembali jadi pemberat utama IHSG. Investor asing juga makin agresif melepas kepemilikannya.
Beberapa hari terakhir, net foreign sell mencapai ratusan miliar rupiah—termasuk dari saham tambang seperti AMMN dan PGEO.
Bukan cuma bank, sektor konsumer juga ikutan jeblok. Padahal biasanya sektor ini dikenal sebagai benteng pertahanan saat pasar sedang panik.
Tapi hari ini? Semua sektor tanpa terkecuali ditutup melemah.
Apa Penyebab Utama Penurunan IHSG Hari Ini?
Menurut analis dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, penurunan sektor konsumer bukan karena suku bunga, tapi karena turunnya daya beli kelas menengah.
Sejak pandemi, kelompok ini makin hemat dan lebih suka nabung daripada belanja. Jadi, walaupun inflasi rendah, roda ekonomi belum berputar kencang.
Sementara itu, Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, menyebut bahwa sektor konsumer non-primer memang paling sensitif terhadap kekhawatiran ekonomi.
Apalagi, investor berharap banget Bank Indonesia (BI) segera turunkan suku bunga, tapi sampai sekarang masih belum ada tanda-tanda itu terjadi.
Alarm Koreksi? Level 7.000 Jebol, Waspadai Support Selanjutnya!
Secara teknikal, jebolnya level 7.000 ini bukan sinyal bagus. Support berikutnya ada di sekitar 6.940–6.900. Kalau sampai ini juga tembus, siap-siap deh pasar masuk ke fase bearish yang lebih dalam.
Jadi buat kamu investor ritel, penting banget untuk lebih defensif sekarang. Jangan buru-buru “nyemplung” tanpa strategi.
Perhatikan likuiditas dan mulai evaluasi sektor-sektor yang tahan banting—misalnya energi atau logam mulia yang sering jadi andalan saat pasar tertekan.
Saatnya Realistis, Bukan Pesimis
Penurunan IHSG hari ini memang nyakitin, tapi bukan akhir dari segalanya.
Justru ini bisa jadi momen penting buat evaluasi portofolio dan belajar lebih dalam soal rotasi sektor. Ingat, koreksi adalah bagian alami dari siklus pasar.
Jadi… santai aja, jangan panik. Yang penting, tetap update info, analisis dengan tenang, dan pastikan keputusan investasi kamu rasional—bukan karena FOMO atau takut rugi lebih besar.
Tips Buat Investor Ritel:
- Hindari averaging down tanpa rencana
- Pantau saham defensif seperti energi, emas, atau consumer staples
- Perhatikan aksi jual asing—jangan melawan arus
- Siapkan strategi reentry jika IHSG mulai stabil
(***)