TOPRIAU|Memasuki pertengahan tahun, sebagian besar wilayah Indonesia mulai dilanda musim kemarau.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal kemarau tahun 2025 telah terjadi sejak April lalu dan berlangsung secara bertahap.
Puncaknya diperkirakan terjadi pada Juli hingga Agustus, dengan dampak yang dirasakan lebih luas pada bulan Juni ini.
Puncak Kemarau Terjadi di Juli–Agustus

Ilustrasi kemarau
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam siaran pers 12 April 2025, menyatakan bahwa musim kemarau tidak terjadi serentak di seluruh Indonesia.
Sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim kemarau sejak April, dan jumlah ini meningkat pada Mei serta Juni. Wilayah terdampak meliputi Jawa bagian tengah dan timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Meski sebagian besar wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, sekitar 14% wilayah akan mengalami kekeringan lebih parah dari biasanya.
Di sisi lain, 26% wilayah akan mengalami kemarau yang lebih basah dari biasanya.
Durasi kemarau tahun ini juga diperkirakan lebih pendek, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Sulawesi.
Namun, beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan justru berpotensi mengalami kemarau yang lebih panjang.
Pergeseran Musim di Beberapa Wilayah
BMKG juga mencatat adanya pergeseran waktu awal kemarau di sejumlah daerah. Di Jawa, misalnya, musim kemarau yang semula diperkirakan datang pada akhir April hingga awal Mei, bergeser menjadi akhir Mei hingga awal Juni.
Pergeseran ini berdampak pada kesiapan daerah dalam menghadapi potensi kekeringan dan krisis air bersih.
BNPB Imbau Masyarakat Siaga
Menanggapi potensi kekeringan yang makin nyata, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan sejumlah imbauan kepada masyarakat dan pemerintah daerah.
Imbauan ini dibagi dalam tiga tahapan, yakni saat kekeringan terjadi, pascakekeringan, dan upaya pencegahan.
- Saat Kekeringan:
- Gunakan air secara hemat dan efisien.
- Simpan air di tempat tertutup agar tetap bersih dan tidak menguap.
- Jaga sirkulasi udara di rumah agar tetap sejuk.
- Hindari membakar sampah yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan.
- Siapkan peralatan darurat dan lakukan pemadaman dini bila terjadi kebakaran kecil.
- Pascakekeringan:
- Tutup sumur dan tempat penampungan air untuk mencegah penguapan.
- Perbaiki instalasi air yang bocor.
- Konsumsi makanan bergizi dan cukup minum untuk menjaga daya tahan tubuh.
- Gunakan masker bila kualitas udara memburuk akibat kabut asap.
- Pencegahan Kekeringan:
- Menanam pohon dan sayuran yang tahan kering.
- Menampung air hujan dan membuat sumur resapan.
- Menjaga ekosistem tangkapan air seperti sungai, danau, mata air, dan kolam.
- Lakukan pelatihan evakuasi kebakaran secara berkala.
Pentingnya Edukasi dan Kesiapsiagaan
Dengan musim kemarau yang berpotensi membawa dampak signifikan terhadap pasokan air bersih, pertanian, hingga kebakaran hutan dan lahan, penting bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kewaspadaan.
Pemerintah daerah diminta aktif menyosialisasikan langkah mitigasi, sementara masyarakat diimbau terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG serta arahan dari BPBD setempat.
Jangan sampai lengah. Siapkan diri dan lingkungan mulai dari sekarang, agar musim kemarau 2025 dapat dilalui dengan aman dan nyaman.***