TOPRIAU|Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel ternyata nggak cuma bikin panas Timur Tengah, tapi juga berimbas ke industri Indonesia.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita angkat bicara dan memberikan beberapa arahan strategis buat industri dalam negeri agar bisa memitigasi dampak konflik global ini dengan lebih siap dan cerdas.
BACA JUGA:
Iran Minta Warga Stop Pakai WA dan Telegram, WhatsApp: Tuduhan Itu Salah!
Kenapa Perang Iran-Israel Bisa Mengganggu Industri Indonesia?
Menurut Menperin, ada beberapa risiko serius yang perlu diwaspadai:
- Ketergantungan pada energi impor, terutama dari kawasan Timur Tengah.
- Gangguan rantai pasok global, karena banyak jalur logistik ekspor-impor melewati wilayah konflik.
- Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang bisa bikin harga bahan baku naik dan produk Indonesia jadi kurang kompetitif di pasar ekspor.
Solusi: Efisiensi dan Diversifikasi Energi
Industri Indonesia diminta lebih hemat dan bijak dalam penggunaan energi. Tapi bukan cuma soal penghematan lho, Menperin juga mendorong pelaku industri untuk:
Diversifikasi sumber energi, agar tidak terlalu tergantung pada energi fosil impor.
Gunakan energi terbarukan, seperti bioenergi, tenaga surya, dan sebagainya.
Tingkatkan efisiensi produksi, supaya hemat energi = hemat biaya = lebih kompetitif.
“Penggunaan energi yang efisien bukan hanya meningkatkan produktivitas, tapi juga mendukung kedaulatan energi nasional,” tegas Menperin.
Hilirisasi Agro: Jawaban Kenaikan Harga Pangan

Ilustrasi pangan.Dok IST
BACA JUGA:
Harga Koin Kripto Naik Tipis di Tengah Konflik Israel-Iran, Bitcoin Tembus Rp 1,75 Miliar!
Konflik global juga bikin biaya logistik melonjak, inflasi global naik, dan kurs dolar AS makin kuat.
Semua ini bikin harga bahan baku pangan naik, terutama yang masih impor.
Solusi dari Menperin? Hilirisasi produk agro!
Industri pangan di dalam negeri harus:
- Memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan lokal.
- Kurangi ketergantungan pada bahan baku pangan impor.
- Kembangkan teknologi produksi yang lebih efisien dan bernilai tambah tinggi.
Hilirisasi ini juga sejalan dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto dalam membangun ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Manfaatkan Local Currency Settlement (LCS)
Untuk menghadapi gejolak kurs rupiah akibat konflik, Menperin juga mengingatkan pelaku industri agar memanfaatkan fasilitas Local Currency Settlement (LCS) dari Bank Indonesia.
Ini memungkinkan perdagangan dengan negara mitra seperti Jepang, Tiongkok, dan Malaysia tanpa harus konversi ke dolar AS.
Saatnya industri dalam negeri bertransformasi, inovatif, dan mandiri di tengah tantangan global!***