TOPRIAU|Suasana di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek pagi itu berbeda dari biasanya. Sejak pukul 09.00 WIB, aula dan halaman pesantren terasa lebih hidup.
Bukan karena ujian atau lomba antar-santri, tapi karena kegiatan donor darah yang digelar bareng PMI Kota Bukittinggi.
Yup, para santri Parabek—yang dikenal disiplin dan aktif—kali ini ikut jadi pahlawan kemanusiaan, bukan hanya lewat doa, tapi juga lewat setetes darah.
“Ini Bagian dari Ibadah dan Pembentukan Karakter Santri”
Kegiatan ini bukan sekadar aksi sosial. Bagi Pondok Pesantren Parabek, donor darah adalah bagian dari pendidikan karakter yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
“Donor darah itu amal kebajikan. Setetes darah bisa menyelamatkan nyawa. Ini bagian dari pembelajaran karakter yang ingin kami tanamkan kepada santri,” ungkap H. Muhammad Zaki Munawar, Lc, pengasuh pondok yang akrab disapa Ustadz Zaki.
Pesantren memang dikenal sebagai tempat menanamkan nilai spiritual, tapi juga aktif dalam membangun kesadaran sosial dan kesehatan. Dan kegiatan seperti ini adalah buktinya.
Santri, KKR, dan Poskestren: Kolaborasi Keren
Yang bikin kegiatan ini makin solid adalah keterlibatan langsung dari KKR (Kesehatan dan Kesiapsiagaan Remaja) dan Poskestren.
Mereka bukan cuma bantu teknis, tapi juga sosialisasi pentingnya donor darah kepada teman-teman santri lainnya—khususnya yang sudah memenuhi syarat usia dan kondisi fisik.
Para santri yang belum bisa donor pun terlihat antusias. Ada yang bantu antrian, dokumentasi, hingga dukungan moral—semua ikut ambil bagian.
Nggak Cuma Sekali, Ini Gerakan yang Mau Diperluas
Ustadz Zaki menyebutkan bahwa kegiatan ini adalah langkah awal. Ke depannya, ia ingin donor darah juga digelar di kampus-kampus cabang Parabek saat jadwal kegiatan belajar memungkinkan.
“Kita ingin kegiatan seperti ini berkelanjutan. Bahkan kalau bisa, jadi bagian dari gaya hidup sehat dan ibadah rutin para santri,” tambahnya.
PMI: “Santri Bisa Jadi Pelopor!”
Kepala Unit Donor Darah PMI Kota Bukittinggi, dr. Herijon, mengaku terkesan dengan semangat para santri Parabek. Ia berharap lebih banyak pesantren dan sekolah mengikuti jejak ini.
“Donor darah adalah bentuk kepedulian yang sangat berarti. Kalau pesantren seperti Parabek aktif menggerakkan ini, santri bisa jadi pelopor dalam aksi kemanusiaan,” ujarnya.
Kegiatan ini jadi pengingat bahwa berbuat baik itu bisa dimulai dari mana saja—termasuk dari lingkungan pesantren. Dengan satu tindakan sederhana, para santri belajar makna ikhlas, empati, dan kontribusi nyata bagi sesama.
Dan yang paling penting? Mereka sadar bahwa menjadi santri bukan cuma soal belajar agama, tapi juga soal berperan aktif membangun masyarakat.***Rafika Santi