TOPRIAU|Situasi di Timur Tengah memang panas, tapi kali ini benar-benar membara. Setelah Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran, balasan pun datang dari Teheran.
Dan sekarang, Garda Revolusi Iran alias IRGC memperingatkan AS: jangan coba-coba menyerang lagi kalau nggak mau menyesal seumur hidup.
Pernyataan pedas ini datang langsung dari Komandan IRGC, Mohammad Pakpour, pada Selasa (24/6/2025).
Ia menyebut Presiden AS Donald Trump sebagai “bodoh dan tolol”—kalimat yang langsung viral di media sosial dan media internasional.
“Jika agresi terhadap Republik Islam Iran dan tanah para martir kami terulang, AS akan menerima balasan yang jauh lebih menghancurkan dan membuat mereka menyesal,” kata Pakpour tegas, dikutip dari TV pemerintah Iran.
BACA JUGA: BREAKING NEWS: Donald Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel–Iran, Perang 12 Hari Segera Berakhir?
Trump Umumkan Gencatan Senjata Israel-Iran Lewat Media Sosial

Presiden Donald Trump berpidato dari Gedung Putih, Sabtu (21/6/2025), setelah militer Amerika Serikat menyerang tiga situs program nuklir Iran, yang menandai secara langsung dukungan terhadap Israel. (Dok. Carlos Barria/Pool via AP)
BACA JUGA: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Minyak Dunia Terancam, Asia Bersiap Hadapi Krisis Energi
Yang bikin publik tambah kaget, peringatan keras dari Iran ini muncul tak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total antara Iran dan Israel.
Yup, pengumuman ini disampaikan lewat akun Truth Social, platform media sosial milik Trump sendiri, pada Senin sore waktu AS (Selasa subuh WIB).
Dalam unggahannya yang serba huruf kapital (seperti biasa), Trump menyebut bahwa Israel dan Iran telah mencapai kesepakatan damai:
“SELAMAT KEPADA SEMUA ORANG!” tulis Trump.
“Telah disepakati bahwa akan ada GENCATAN SENJATA TOTAL mulai tengah malam nanti. Selama 12 jam pertama Iran akan menghentikan serangan, lalu Israel menyusul 12 jam berikutnya. Pada jam ke-24, perang akan dianggap SELESAI sepenuhnya!”
Trump bahkan menyebut perang yang hanya berlangsung 12 hari ini sebagai konflik yang “seharusnya bisa menghancurkan seluruh kawasan”, namun kini telah berakhir dengan damai.
Serangan Iran ke Pangkalan AS di Qatar, Titik Balik Konflik
Sebelum Trump menekan “pause” pada konflik, Iran sempat meluncurkan serangan ke pangkalan militer AS di Qatar, sebagai balasan atas serangan udara Amerika ke situs nuklir Iran di Fordow, Isfahan, dan Natanz.
Serangan ini menjadi titik balik yang membuat situasi semakin panas dan memicu kekhawatiran global.
Tak lama setelah itu, tekanan internasional dari negara-negara seperti Prancis, Jerman, dan Inggris turut mendesak de-eskalasi konflik Iran-Israel-AS.
Bahkan China, sebagai mitra dagang utama Iran, ikut diminta oleh AS untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz—rute vital pasokan minyak dunia.
IRGC Siaga, Gencatan Senjata Belum Jaminan Damai
Meski Trump sudah menyebut perang akan resmi berakhir, pernyataan dari IRGC menunjukkan bahwa Iran tetap siaga penuh.
Mereka menegaskan bahwa jika ada serangan lanjutan dari pihak AS, maka balasannya akan jauh lebih serius dan bisa jadi tak terbendung.
“Ini belum selesai. Jika tanah kami diserang lagi, balasannya akan lebih dari sekadar peringatan,” ungkap Pakpour.
Gencatan Senjata Ibarat Jeda, Bukan Titik Akhir
Gencatan senjata Israel-Iran yang diumumkan Trump mungkin membawa harapan, tapi tensi di lapangan tetap tinggi. IRGC memperingatkan AS dengan keras, menandakan bahwa konflik ini masih sangat rentan meletus kembali.
Buat kamu yang mengikuti perkembangan konflik Iran-Israel-Donald Trump dan geopolitik dunia, ini saatnya untuk tetap waspada.
Dunia memang berharap damai, tapi realitanya? Damai itu rapuh. Satu peluru saja bisa memicu perang besar.***