TOPRIAU|Komitmen dalam menjaga keanekaragaman hayati dan pelestarian budaya Nusantara kembali diperkuat lewat kunjungan kerja Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto, SE, ke Lembaga Konservasi Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) di Kota Bukittinggi, Sabtu (21/6).
Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2024–2025.
Turut hadir dalam kegiatan ini Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, Ph.D., dan Wakil Menteri Kehutanan RI, dr. H. Sulaiman Umar, sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah pusat terhadap konservasi satwa dilindungi, terutama Harimau Sumatera, yang menjadi ikon utama TMSBK.
Konservasi Satwa dan Budaya: Dua Pilar TMSBK

Siti Hediati Soeharto menegaskan bahwa TMSBK bukan hanya kebun binatang biasa, melainkan pusat konservasi, edukasi, dan pelestarian budaya lokal yang telah mengakar kuat dalam sejarah Kota Bukittinggi.. Foto: Rafika Santi
Dalam sambutannya, Siti Hediati Soeharto menegaskan bahwa TMSBK bukan hanya kebun binatang biasa, melainkan pusat konservasi, edukasi, dan pelestarian budaya lokal yang telah mengakar kuat dalam sejarah Kota Bukittinggi.
“Taman Margasatwa Kinantan adalah aset penting yang mencerminkan harmoni antara manusia, satwa, dan budaya. Komisi IV akan terus mendukung penguatan kelembagaan konservasi di daerah melalui kebijakan yang tepat dan pengawasan berkelanjutan,” ujarnya.
Konservasi Berbasis Data: Pencatatan Akta Harimau Sumatera
Sementara itu, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyampaikan apresiasi atas inovasi yang dilakukan TMSBK dalam konservasi berbasis data, khususnya melalui pencatatan akta kelahiran sepasang anak Harimau Sumatera yang baru saja lahir.
“Langkah TMSBK ini sejalan dengan arah kebijakan konservasi modern. Pendekatan berbasis data memungkinkan kita mengedukasi publik sekaligus menguatkan komitmen nasional dalam menjaga spesies langka,” kata Raja Juli.
Kegiatan Simbolis & Budaya: Mengikat Konservasi dan Identitas Lokal
Kegiatan kunjungan kerja ini mencakup beberapa agenda penting:
- Peninjauan langsung fasilitas konservasi dan penangkaran Harimau Sumatera
- Penandatanganan simbolis akta kelahiran dua anak harimau
- Dialog interaktif dengan pengelola TMSBK dan tokoh masyarakat
- Penyajian kuliner tradisional “Ampiang Dadiah” sebagai bentuk pelestarian budaya Minangkabau
Sinergi antara pelestarian satwa dan budaya inilah yang menjadi nilai tambah dari keberadaan TMSBK di mata pemerintah pusat.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pelestarian Berkelanjutan
Kunjungan ini menegaskan bahwa kerja sama antara DPR RI, Kementerian Kehutanan, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil merupakan kunci keberhasilan konservasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Wakil Menteri Kehutanan, dr. H. Sulaiman Umar, menyebut TMSBK sebagai salah satu model konservasi terintegrasi di Indonesia bagian barat.
“Bukittinggi telah memberi teladan bahwa konservasi bisa berjalan beriringan dengan edukasi dan budaya. Ini yang akan terus kita replikasi di daerah lain,” tuturnya.
TMSBK, Warisan yang Harus Dijaga Bersama
TMSBK bukan hanya kawasan wisata atau konservasi, tetapi cerminan semangat bangsa dalam menjaga identitas ekologis dan budaya secara holistik.
Dukungan dari berbagai pihak yang hadir pada kegiatan ini menjadi angin segar bagi keberlanjutan upaya pelestarian satwa dilindungi dan nilai-nilai lokal.***Rafika Santi