TOPRIAU|Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel serta sinyal pengetatan kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) mendorong investor global melakukan realokasi aset, dari emas ke instrumen digital seperti Bitcoin (BTC).
Dalam situasi penuh tekanan ini, harga emas dunia terkoreksi 2,5%, dari US$3.420 per troy ons (13 Juni) menjadi US$3.335 pada Jumat (20 Juni).
Sebaliknya, Bitcoin tetap stabil di kisaran US$104.000, menunjukkan ketahanan yang mencolok di tengah volatilitas pasar.
BACA JUGA: Kapitalisasi Stablecoin Cetak Rekor! UU Baru AS Picu Lonjakan Besar di Pasar Kripto
Bitcoin Makin Dilirik sebagai Aset Lindung Nilai

ilustrasi bitcoin
Menurut Antony Kusuma, Vice President Indodax, tren ini mencerminkan pergeseran pola pikir investor global, yang kini melihat Bitcoin tak lagi sekadar spekulatif, melainkan sebagai alternatif lindung nilai menghadapi inflasi dan ketidakpastian global.
“Ketahanan Bitcoin dalam situasi penuh tekanan ini menunjukkan transformasi besar dalam strategi aset dunia,” ujar Antony di Jakarta.
Ia menekankan bahwa keunggulan Bitcoin terletak pada:
- Suplai terbatas: Maksimal 21 juta koin
- Tidak dikontrol bank sentral
- Tahan terhadap manipulasi moneter
- Transparansi dan efisiensi tinggi
Kebijakan The Fed dan Realokasi Aset Global
Sementara The Fed tetap mempertahankan suku bunga di 4,25% – 4,50%, Ketua Jerome Powell menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga kemungkinan berjalan lambat hingga 2027, bergantung pada data inflasi dan ekonomi AS.
Kondisi ini membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas kurang menarik, sementara Bitcoin—dengan strukturnya yang independen—menjadi pelarian strategis bagi investor yang ingin menjaga nilai aset mereka dalam jangka panjang.
“Berbeda dengan emas, suplai Bitcoin bersifat tetap dan tidak bisa dicetak ulang,” ujar Antony.
BACA JUGA: Harga Kripto Merah Lagi! Bitcoin Cs Terkoreksi di Tengah Ketegangan Israel-Iran
Tren di Indonesia: Investor Muda Mulai Masuk ke Bitcoin
Di dalam negeri, investor muda Indonesia mulai menunjukkan peningkatan minat terhadap Bitcoin sebagai bagian dari diversifikasi portofolio jangka panjang.
Pendekatan spekulatif mulai ditinggalkan, digantikan oleh strategi investasi yang terencana dan edukatif.
“Bitcoin tidak menggantikan emas, tapi menjadi pelengkap. Emas punya sejarah ribuan tahun, Bitcoin membawa potensi dalam ekonomi digital masa depan,” jelas Antony.
Meski Bitcoin mencuri perhatian, emas tetap relevan sebagai aset safe haven klasik.
Keduanya dapat berfungsi sebagai pelindung nilai, tergantung pada konteks geopolitik, preferensi risiko, dan horizon investasi.***